Pernahkah Anda memotong steak dan melihat cairan merah yang keluar di piring? Banyak orang langsung berpikir, “Apakah ini darah?” Padahal, jika benar darah, mengapa cairannya tetap keluar bahkan setelah steak dimasak? Pertanyaan ini sering muncul, terutama bagi mereka yang baru pertama kali menikmati steak dengan tingkat kematangan rare atau medium-rare.
Cairan merah yang keluar dari daging bukanlah darah, melainkan sesuatu yang jauh lebih menarik. Bahkan, jumlah cairan ini bisa menjadi petunjuk tentang kualitas dan kematangan steak yang Anda santap.
Jadi, jika bukan darah, lalu cairan merah ini sebenarnya apa? Apakah aman untuk dikonsumsi? Dan mengapa steak yang matang sempurna hampir tidak mengeluarkan cairan sama sekali? Mari kita kupas tuntas jawabannya dalam artikel ini.
Banyak orang mengira cairan merah yang keluar dari steak adalah darah, tetapi anggapan ini tidak benar.
Daging yang dijual di pasar atau restoran sudah melalui proses pemotongan dan pembersihan, sehingga sebagian besar darahnya telah dikeluarkan.
Cairan merah yang terlihat saat steak dimasak sebenarnya berasal dari mioglobin, yaitu protein yang terdapat dalam jaringan otot daging. Mioglobin berfungsi untuk menyimpan oksigen di dalam otot, membantu daging tetap segar, dan memberi warna merah pada daging mentah.
Ketika daging dipanaskan, mioglobin berubah warna:
Pada suhu rendah, mioglobin tetap merah, seperti yang terlihat pada steak rare atau medium-rare.
Pada suhu lebih tinggi, protein ini mulai berubah warna menjadi coklat, yang terjadi pada steak medium-well hingga well-done.
Jadi, semakin matang steak, semakin sedikit cairan merah yang tersisa, bukan karena darahnya berkurang, tetapi karena perubahan struktur mioglobin akibat panas.
Baca juga: 10 Resep Beef Steak Terbaik yang Wajib Anda Coba!
Apakah Steak yang Mengeluarkan Cairan Merah Aman Dikonsumsi?
Banyak orang merasa ragu untuk memakan steak yang masih mengeluarkan cairan merah, karena dianggap kurang matang atau berisiko bagi kesehatan.
Lalu, Apakah Aman Memakan Steak yang Masih Mengeluarkan Cairan Merah? Secara singkat, ya, steak dengan cairan merah aman dikonsumsi, asalkan berasal dari daging yang berkualitas tinggi dan diolah dengan baik.
Risiko kontaminasi bakteri seperti Salmonella atau E. Coli pada daging sapi jauh lebih rendah dibandingkan pada daging unggas, terutama jika bagian luar daging sudah terkena suhu tinggi saat dimasak.
Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk memastikan keamanan steak:
Gunakan daging segar berkualitas tinggi dari pedagang atau toko daging terpercaya.
Masak permukaan steak dengan suhu tinggi untuk membunuh bakteri yang mungkin ada di bagian luar daging.
Pastikan kebersihan peralatan masak, termasuk pisau, talenan, dan tangan saat menyiapkan steak.
Steak well-done tidak mengeluarkan cairan merah karena mioglobin dalam daging sudah sepenuhnya berubah akibat panas tinggi. Pada suhu sekitar 70°C atau lebih, mioglobin kehilangan warna merahnya dan berubah menjadi abu-abu atau coklat.
Selain itu, saat steak dimasak lebih lama, cairan alami dalam daging juga berkurang karena menguap, sehingga steak menjadi lebih kering dan padat dibandingkan steak dengan tingkat kematangan lebih rendah.
Meski beberapa orang lebih suka steak yang matang sempurna, banyak juga yang memilih steak medium-rare hingga medium karena memiliki lebih banyak cairan alami yang membuat tekstur daging lebih lembut dan juicy.
Cairan merah pada steak dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk jenis daging dan tingkat kematangannya. Tidak semua daging mengeluarkan jumlah cairan yang sama, dan semakin matang steak, semakin sedikit cairan merah yang terlihat.
Tidak semua jenis daging steak mengeluarkan cairan merah dalam jumlah yang sama. Beberapa faktor yang memengaruhi jumlah cairan yang keluar antara lain:
Jenis Daging
Daging sapi: Mengandung lebih banyak mioglobin, sehingga memiliki lebih banyak cairan merah dibandingkan daging ayam atau ikan.
Daging ayam dan ikan: Mioglobinnya lebih sedikit, sehingga cairan yang keluar lebih bening atau putih.
Daging muda (veal atau daging sapi muda): Cenderung memiliki mioglobin lebih rendah dibandingkan daging sapi dewasa, sehingga cairan yang keluar tidak semerah pada steak biasa.
Bagian Daging
Tenderloin dan sirloin: Bagian daging yang lebih lembut dan memiliki sedikit jaringan ikat akan mengeluarkan lebih sedikit cairan.
Ribeye atau brisket: Mengandung lebih banyak jaringan ikat dan lemak, yang bisa memengaruhi jumlah cairan yang keluar saat dimasak.
Ya, tingkat kematangan sangat memengaruhi jumlah cairan merah yang keluar dari steak. Semakin matang steak, semakin sedikit cairan yang tersisa.
Rare (50–55°C)
Daging masih berwarna merah terang dan cairan merah yang keluar cukup banyak.
Mioglobin masih dalam bentuk aslinya, belum mengalami perubahan akibat panas.
Medium-Rare (55–60°C)
Daging mulai berubah warna menjadi merah muda di bagian tengah.
Cairan merah masih ada, tetapi jumlahnya sedikit lebih berkurang dibandingkan rare.
Medium (60–65°C)
Warna daging berubah menjadi lebih pink dengan cairan yang lebih sedikit.
Mioglobin mulai kehilangan sebagian besar warna merahnya.
Medium-Well (65–70°C) & Well-Done (70°C ke atas)
Hampir tidak ada cairan merah yang tersisa.
Cairan yang keluar cenderung lebih bening karena mioglobin sudah terdenaturasi oleh panas tinggi.
Dengan mengetahui perbedaan ini, seseorang bisa menyesuaikan tingkat kematangan steak sesuai preferensi rasa dan tekstur yang diinginkan.
Baca juga: Memahami Macam-macam Steak: Dari Tenderloin hingga Wagyu
Bagi sebagian orang, melihat cairan merah keluar dari steak bisa mengurangi selera makan. Namun, ada beberapa cara untuk mengurangi jumlah cairan merah yang keluar saat memasak steak, tanpa membuat daging menjadi terlalu kering atau kehilangan rasa.
Beberapa metode yang bisa digunakan untuk mengurangi keluarnya cairan merah antara lain:
Daging yang langsung dimasak dari kulkas akan mengejutkan seratnya dan menyebabkan lebih banyak cairan keluar.
Sebaiknya biarkan steak pada suhu ruang selama 20–30 menit sebelum dimasak.
Memasak steak dengan suhu tinggi dalam waktu singkat akan membantu membentuk lapisan luar yang mencegah terlalu banyak cairan keluar.
Metode ini disebut searing, yang bisa dilakukan di wajan besi atau panggangan dengan suhu tinggi.
Setelah dimasak, steak sebaiknya didiamkan selama 5–10 menit sebelum dipotong agar cairan dalam daging terserap kembali.
Jika dipotong langsung setelah dimasak, cairan merah akan lebih banyak keluar ke piring.
Steak medium-well atau well-done memiliki cairan merah yang lebih sedikit dibandingkan rare atau medium-rare.
Namun, hati-hati agar tidak memasak terlalu lama karena daging bisa menjadi kering dan keras.
Ya, cairan merah pada steak sangat memengaruhi rasa dan tekstur daging.
Cairan ini membantu menjaga steak tetap juicy dan empuk. Jika terlalu banyak cairan yang keluar, daging bisa menjadi kering dan kurang lezat.
Steak yang masih memiliki cairan merah lebih terasa gurih dan lembut dibandingkan steak yang matang sempurna. Cairan ini juga membawa rasa umami alami dari daging, yang membuat steak terasa lebih kaya.
Jadi, meskipun ada cara untuk mengurangi keluarnya cairan merah, penting untuk tetap mempertahankan keseimbangan agar steak tetap juicy dan tidak kehilangan cita rasanya.
Memahami apa yang sebenarnya terjadi pada steak saat dimasak bisa membuat pengalaman bersantap menjadi lebih menarik.
Cairan merah yang keluar bukan hanya sekadar tampilan—itu adalah bagian dari proses yang memengaruhi rasa dan tekstur daging yang Anda nikmati.
Baca juga: Daftar Menu Signature di Meatguy Steakhouse SCBD Rekomendasi Untuk Anda!
aJika Anda ingin merasakan steak berkualitas tinggi dengan tingkat kematangan yang bisa disesuaikan sesuai selera, Meatguy Steakhouse adalah tempat yang tepat. Kami menyajikan steak premium dengan teknik memasak yang sempurna untuk menghadirkan rasa terbaik di setiap potongan.
Reservasi sekarang di Meatguy Steakhouse dan rasakan sendiri kelezatan steak yang dimasak dengan presisi!